Meski beberapa kali dirazia, geng motor di Kota Bogor tetap saja berulah. Bahkan, seolah menantang petugas, ratusan pemuda tersebut kembali berkeliaran di Jalan Sholeh Iskandar, Sabtu (25/6) dini hari.
Hal tersebut tak pelak membuat sejumlah pengendara lain yang melintas ketakutan lantaran beberapa di antara mereka membawa senjata tajam.
Mendapat informasi sekitar pukul 01:00, tim gabungan dari kepolisian, TNI dan Satpol PP mendatangi lokasi. Melihat ada petugas, mereka sempat berusaha melarikan diri. Namun, upaya pemuda tanggung tersebut gagal.
Kapolres Bogor Kota, AKBP Andi Herindra mengungkapkan, para pelaku beralasan akan melaksanakan sahur on the road (SOTR).
Namun, setelah digeledah, petugas menemukan berbagai jenis senjata tajam. Bahkan, dari sejumlah perempuan yang kena razia ada tespek (alat penguji kehamilan) hingga kondom.
Menurut Andi, razia gabungan betujuan untuk meminimalisasi tawuran dan aksi kejahatan lainnya dengan dalih SOTR. Saat dirazia, petugas tak melihat makanan untuk dibagikan atau dimakan saat SOTR.
�Kami akan identifikasi. Sedangkan yang membawa senjata tajam akan dikenakan Undang-undang Darurat,� tambahnya.
Selanjutnya, para anggota geng motor tersebut dibawa ke Mako Polres Bogor Kota untuk didata. �Paling banyak terjaring di Jalan Sholis (Sholeh Iskandar-red-jabar.pojoksatu.co.id). Di wilayah lain juga ada, tapi lebih sedikit,� kata dia.
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Polres Bogor Kota, Kompol Sahroni menjelaskan, orang tua yang menjadi anggota geng motor pun harus mengisi formulir, fotokopi kartu tanda penduduk (KTP), hingga kartu keluarga (KK) sebagai syarat menebus anak.
Meski kali ini ditoleransi atas dasar kemanusiaan, Sahroni mengatakan, jika ke depan ditemukan kembali maka tidak akan diberikan kesempatan yang sama.
Ia pun berharap kasus kali ini menjadi pelajaran bagi semua lapisan masyarakat, tidak menitikberatkan kepada siapa pun, tapi harus menjadi kerja sama semua stakeholder untuk mengawasi semua anak-anak remaja, khususnya pelajar.
�Sesuai apa yang dikatakan Kapolres, kami akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti-tawuran yang akan dideklarasikan sebagai salah satu upaya menekan terjadinya tawuran bersama dengan unsur TNI dan Pemerintah Kota Bogor,� pungkasnya.
Sementara itu, Sekda Kota Bogor, Ade Syarif menyampaikan, jumlah pelajar yang terjaring dini hari kemarin tersebut berjumlah 155 anak dari Kota juga Kabupaten Bogor. �Ini sudah sangat mencoreng nama baik Kota Bogor, menyedihkan,� cetusnya di hadapan para pelajar.
Ia mengatakan, bahwa kegiatan ini sangat jauh dari mimpi Kota Bogor yang ingin menjadi kota nyaman dan tenteram. �Mulai saat ini, Pemkot bersama Dinas Pendidikan Kota Bogor sepakat menginstruksikan bahwa pembinaan sudah harus terus fokus kepada anak-anak yang sudah terlihat melakukan penyimpangan perilaku,� tegas Ade.
Tentunya, dengan pembinaan-pembinaan khusus yang harus tegas dilakukan kepala beberapa sekolah yang juga dibimbing dan dibina Disdik. �Untuk kali ini kami toleransi, tapi untuk kedua kalinya, kalau terdapat lagi dengan nama yang sama, harus langsung dikeluarkan,� katanya.
Ade pun menyebutkan, dari 155 pelajar, ada 21 pelajar wanita. Sementara sekolah yang terlibat kebanyakan sekolah swasta dan itu pun ada yang dari Kabupaten Bogor. Ada pula, kata dia, salah satu siswa sekolah negeri Kota Bogor yang terlibat.
Menyikapi ini, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Edgar Suratman menambahkan, beberapa sekolah yang terjaring merupakan yang juga sering mendapatkan kasus yang sama. Ia berjanji, akan terus melakukan pembinaan yang tegas dengan berkoordinasi bersama semua kepala sekolah.
Edgar kembali menjelaskan, dari jumlah remaja yang terjaring dalam razia, kurang lebih 150 lainnya bukan pelajar. �Kalau sudah begini kan sudah ketahuan dan sudah terpetakan, sehingga sekolah ke depan sudah harus lebih jeli membina anak-anak yang sudah ketahuan melakukan penyimpangan, harus terus dimonitor,� ungkapnya.
Edgar mengaku, selama ini pembinaan yang dilakukan sekolah-sekolah belum tepat sasaran, sehingga kasus ini kembali terulang dengan sekolah-sekolah yang sama.
�Sekarang sudah tahu anak-anaknya, ya sudah tahu mana sekolah yang harus dibina. Dan tidak hanya mereka saja, pasti di sampingnya ada teman mereka yang memang tidak terjaring saat ini, ini harus terus dipantau,� kata Edgar.
Ia menegaskan, ke depan sekolah harus kembali merazia berbagai alat elekronik anak-anak yang dibawa agar jaringan-jaringan atau apa pun yang kembali bisa memicu perilaku tersebut teratasi hingga ke akarnya.
�Swasta maupun negeri, harus dimonitor dengan ketat mulai sekarang, terutama handphone mereka. Melalui itu, potensi tawuran berulang masih sangat besar. Harus terus terditeksi dari sekarang, harus ada yang bisa masuk ke dalamnya, dan saya harap semua pelajar Bogor harus pintar memanfaatkan hand�phone�nya,� tandas Edgar.
Sumber: Radar Bogor
Comments