Pakar kristolog, Irena Handono menyatakan, jika ada umat Islam yang berkata bahwa puasa dengan makan dan minum sebagai rutinitas biasa di bulan suci Ramadhan, maka Nabi Muhammad tidak mungkin mengkhususkannya dan juga mengajarkannya apa yang ada pada bulan itu. Hal ini ia sampaikan, misalnya saat ada himbauan bahwa doa yang rentan dikabulkan di bulan puasa itu adalah saat menjelang berbuka.
"Terkait bukan bersama di tempat berbeda, ada yang menyebut, buka puasa sama dengan makan/minum seperti biasa. Ini perlu diluruskan. Kalau buka puasa sama dengan rutinitas makan harian, Rasulullah tak akan mengkhususkan waktu berbuka sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa. Kalau buka puasa sama dengan rutinitas makan/minum biasa, pasti Rasulullah tidak akan memberi tuntunan dengan makan kurma dan air putih," tulisnya, pada akun Twwitter pribadi miliknya, beberapa waktu lalu.
Malah, bagi mantan biarawati ini, pernyataan bahwa berbuka puasa tidak perlu dipermasalahkan di mana tempatnya sebagai strategi para kaum liberal. "Statement 'buka puasa sama dengan makan biasa' hanyalah bentuk lain dari propaganda liberalis untuk membiasakan yang keliru. Bagaimana kalau saya nyatakan hosti sama dengan roti/anggur biasa? Pasti mereka juga akan menolak. Demikian halnya dengan berbuka puasa."
Maka, sebagai umat Islam yang baik, ketika dihadapkan pada satu persoalan, menurut Irena kuncinya itu harus kritis, yakni pergunakan akal pikiran yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhana wa ta'ala. Sebag Islam adalah agama kaum yang berfikir.
"Otomatis jangan menjadi kaum yang 'iya-iya' dan asal telan, padahal jelas-jelas keliru."
Sebelumnya terdapat fakta bahwa ada salah satu orang mantan petinggi ormas menghadiri undangan untuk berbuka bersama di suatu tempat ibadah agama lain. Akan tetapi, Umi, demikian beliau disapa tidak menegaskan secara detil siapa dan apa yang dimaksud oleh pernyataan-pernyataan beliau di atas.
Sumber: voa-islam.com
Comments